Profil Desa Rowosari

Ketahui informasi secara rinci Desa Rowosari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Rowosari

Tentang Kami

Profil Desa Rowosari, Kecamatan Bonorowo, Kebumen. Menyelami filosofi "Rowosari" (inti rawa), potret kearifan lokal masyarakat dalam mengadaptasi lanskap rawa menjadi lumbung padi produktif, serta potensi perikanan darat dan peternakan sebagai berkah ters

  • Identitas Geografis "Rowosari"

    Memiliki nama yang secara harfiah berarti "Inti Rawa", mencerminkan kondisi geografis asli wilayahnya dan membentuk karakter masyarakat yang memiliki kearifan tinggi dalam mengelola ekosistem perairan.

  • Adaptasi Lahan Rawa menjadi Sawah Produktif

    Menunjukkan keberhasilan dalam mereklamasi dan mengadaptasi lingkungan rawa menjadi lahan sawah beririgasi yang produktif, dengan tantangan utama pada manajemen drainase dan pengendalian air.

  • Potensi Ekonomi Ekosistem Rawa

    Selain padi, desa ini memiliki potensi unggulan pada sektor perikanan darat (ikan air tawar) dan peternakan unggas air (entok/mentok) yang sangat sesuai dengan kondisi lingkungannya.

XM Broker

Di tengah hamparan subur Kecamatan Bonorowo, Kabupaten Kebumen, terdapat Desa Rowosari, sebuah nama yang dengan jujur dan lugas menggambarkan esensi wilayahnya. "Rowosari", yang berarti "Inti Rawa", adalah cerminan dari sebuah komunitas yang tidak melawan, melainkan merangkul dan hidup harmonis dengan kodrat alamnya. Desa ini adalah kisah tentang kearifan lokal tingkat tinggi, di mana masyarakatnya telah berhasil mengubah lanskap rawa yang menantang menjadi lumbung pangan yang produktif dan sumber berkah ekonomi yang beragam. Inilah potret Desa Rowosari, jantung ekosistem perairan di Bonorowo.

"Rowosari": Filosofi Hidup di Jantung Rawa

Nama Rowosari merupakan sebuah pengakuan atas realitas geografis yang membentuk desa ini. Alih-alih menyamarkan, nama ini justru merayakan identitasnya sebagai pusat atau inti dari kawasan rawa (rowo). Filosofi yang terkandung di dalamnya bukanlah tentang penaklukan alam, melainkan tentang pemahaman mendalam terhadap siklus air, tanah dan kehidupan di dalamnya untuk kemudian memanen berkah (sari) darinya. Sejarah desa ini ialah sejarah reklamasi dan adaptasi yang panjang, mengubah genangan air menjadi hamparan sawah yang menghidupi.Secara geografis, Desa Rowosari memiliki luas wilayah sekitar 2,82 kilometer persegi. Desa ini menempati salah satu cekungan terendah di Kecamatan Bonorowo, menjadikannya sebagai daerah tangkapan air alami. Topografinya super datar dan kaya akan jaringan sungai kecil, parit, dan saluran air yang membuatnya sangat subur sekaligus sangat rentan terhadap genangan.Batas-batas wilayah Desa Rowosari meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Mrentul

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Bonjokkidul

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Desa Patukrejo dan Kecamatan Mirit

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Bonorowo dan Desa Pujodadi

Berdasarkan data kependudukan per 25 Agustus 2025, Desa Rowosari dihuni oleh 3.511 jiwa. Dengan luas wilayah 2,82 km², maka tingkat kepadatan penduduknya cukup tinggi, yakni sekitar 1.245 jiwa per kilometer persegi.

Dari Rawa Menjadi Lumbung Padi Produktif

Pencapaian terbesar masyarakat Desa Rowosari ialah kemampuannya dalam mentransformasikan lahan rawa menjadi sawah produktif yang menjadi bagian penting dari lumbung pangan Kebumen. Jika di desa lain tantangan utamanya adalah irigasi (memasukkan air), maka di Rowosari tantangannya bersifat ganda: irigasi saat kemarau dan drainase (mengeluarkan air) saat musim hujan.Manajemen air di sini berada pada level yang lebih kompleks. Petani tidak hanya harus pandai mengatur jadwal tanam sesuai ketersediaan air irigasi, tetapi juga harus ahli dalam mengelola sistem pembuangan air agar sawah tidak terendam terlalu lama. Pintu-pintu air, pompa, dan normalisasi parit menjadi infrastruktur vital yang dikelola secara komunal melalui Kelompok Tani (Poktan) atau Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A).Berkat pengelolaan yang cermat inilah, pertanian padi dapat tumbuh subur dan menghasilkan panen yang melimpah. Produktivitas tinggi ini adalah buah dari kerja keras dan pemahaman mendalam terhadap karakter "tanah air" yang mereka pijak.

Berkah Tersembunyi Rawa: Perikanan dan Peternakan

Kearifan masyarakat Rowosari terlihat dari cara mereka memanfaatkan "efek samping" dari lingkungan berairnya menjadi potensi ekonomi yang signifikan. Mereka tidak hanya melihat air sebagai ancaman, tetapi juga sebagai habitat bagi sumber protein dan pendapatan.Perikanan Darat: Ekosistem rawa dan sawah merupakan habitat alami bagi berbagai jenis ikan air tawar. Masyarakat secara tradisional menangkap ikan seperti gabus (kutuk), lele, dan belut di parit-parit dan area persawahan. Potensi ini kini mulai dikembangkan secara lebih modern melalui budidaya ikan di kolam-kolam pekarangan. Ikan-ikan yang tahan banting dan cocok dengan lingkungan setempat ini menjadi sumber gizi penting dan komoditas ekonomi yang menjanjikan.Peternakan Entok (Mentok): Unggas air seperti entok atau mentok berkembang biak dengan sangat baik di Desa Rowosari. Hewan ini tidak memerlukan perawatan rumit dan dapat mencari pakan tambahan secara alami di area berair. Bagi masyarakat, entok merupakan aset ekonomi yang sangat berharga. Dagingnya yang digemari dan memiliki harga jual tinggi menjadikan ternak ini sebagai "tabungan hidup" yang dapat diandalkan.Sinergi antara sawah, ikan, dan ternak unggas air ini menciptakan sebuah model agribisnis terpadu yang sangat sesuai dengan kondisi alamiah desa, menunjukkan adaptasi ekonomi yang cerdas.

Kearifan Lokal dalam Hidup Berdampingan dengan Banjir

Bagi masyarakat Rowosari, banjir bukanlah bencana yang datang tiba-tiba, melainkan bagian dari siklus alam yang harus dijalani. Relasi mereka dengan air lebih bersifat koeksistensi (hidup berdampingan) daripada konfrontasi (melawan). Hal ini tecermin dalam berbagai aspek kehidupan.Arsitektur Adaptif: Banyak rumah penduduk, terutama yang berada di titik terendah, dibangun dengan fondasi yang sangat tinggi atau bahkan berbentuk rumah panggung. Lantai rumah sengaja ditinggikan beberapa meter dari permukaan tanah untuk menghindari masuknya air saat banjir besar tiba.Pengetahuan Pranata Mangsa: Petani-petani senior memiliki pengetahuan lokal yang mendalam tentang pranata mangsa (kalender musim Jawa) dan tanda-tanda alam. Mereka dapat memprediksi kapan musim hujan akan mencapai puncaknya dan kapan air pasang dari laut akan memperparah genangan, sehingga mereka bisa menyesuaikan jadwal tanam atau melakukan panen lebih dini.Solidaritas Sosial: Saat banjir datang, semangat gotong royong mencapai puncaknya. Warga saling membantu mengevakuasi barang dan ternak. Perahu-perahu kecil atau rakit sederhana menjadi alat transportasi vital yang menghubungkan dusun-dusun yang terisolasi.

Kehidupan Sosial di Desa Perairan

Kehidupan sosial di Desa Rowosari sangat komunal dan berpusat pada pengelolaan air. Musyawarah untuk pembagian air irigasi atau untuk kerja bakti membersihkan saluran drainase adalah ritual sosial yang rutin dilakukan dan sangat penting untuk menjaga keharmonisan.Tantangan infrastruktur utama di desa ini ialah pemeliharaan jalan dan jembatan yang kerap terendam dan rusak akibat banjir. Ketergantungan pada akses jalan yang baik untuk mengangkut hasil panen membuat kegiatan gotong royong perbaikan jalan menjadi prioritas utama masyarakat. Selain itu, tantangan kesehatan terkait penyakit yang biasa muncul di lingkungan lembab dan berair juga menjadi perhatian, menjadikan peran Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) sangat vital.Visi pembangunan Desa Rowosari ke depan ialah memperkuat statusnya sebagai desa yang tangguh dan adaptif terhadap perubahan iklim. Fokusnya adalah pada modernisasi sistem drainase, pengembangan agribisnis perikanan dan peternakan secara lebih profesional, serta penguatan kapasitas masyarakat dalam mitigasi bencana berbasis kearifan lokal. Desa Rowosari adalah guru terbaik yang mengajarkan bahwa dengan memahami dan menghormati alam, bahkan lingkungan yang paling menantang sekalipun dapat diubah menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan.